Perut💸 Menentukan Cara Berpikir🔋

Ada hal yang sulit diterima ketika berdiskusi dengan orang-orang yang kebutuhan perutnya saja belum tercukupi. Ada argumen tentang bagaimana meningkatkan bisnis atau mengembangkan ide, tetapi mereka sendiri masih lapar atau pikirannya hanya fokus pada perut. Maka sulit bagi mereka untuk memikirkan ide-ide baru. Selain itu, masih banyak yang tidak mau membongkar keinginan untuk kaya dan hidup sejahtera sendiri. Mereka ingin menguasai alat produksi, ingin menggaji orang lain, ingin menjadi manajer atau bos karena merasa memiliki pendidikan yang lebih tinggi, tetapi pada akhirnya hanya haus kekuasaan dan memikirkan dirinya sendiri. Mungkin kita perlu belajar hal-hal di bawah ini, karena saya merasa sulit menjelaskan sosialisme kepada orang yang cara berpikirnya masih kaku.

Sosialisme ilmiah membahas materialisme historis dan dialektis. Pertama, materialisme historis melihat bahwa materi, uang, ekonomi, dan kenyataan hidup adalah hal yang membentuk sejarah. Pemegang alat produksi dan sistem produksi menjadi struktur ekonomi yang memengaruhi suprastruktur seperti hukum, pendidikan, agama, negara, ideologi, dan pendidikan. Pertentangan kelas akan selalu terjadi ketika ada perbedaan posisi: proletar vs borjuis, tuan vs budak, dan seterusnya. Di mana ada yang menguasai, pasti ada yang tertindas. Perubahan material juga akan memengaruhi perubahan sosial dan politik. Dari buku yang saya baca, materialisme historis digambarkan melalui tahapan: komunal primitif – perbudakan – feodalisme – kapitalisme – sosialisme – komunisme.

Kemudian materialisme dialektis adalah proses tesis, antitesis, dan sintesis. Proses perubahan materi, ekonomi, uang, dan kenyataan akan berpengaruh terhadap ide. Kapitalisme adalah tesis (yang dikembangkan oleh Adam Smith), kemudian muncul antitesis yaitu kaum pekerja: buruh, budak, atau proletar. Selanjutnya melahirkan sintesis yaitu sosialisme, yang menginginkan sistem yang lebih ideal untuk kepentingan para buruh.

Ini adalah sependek pengetahuan saya, dan bagian dari proses saya memaksakan diri untuk memahami sosialisme, karena belajar adalah usaha untuk memahami sesuatu yang sebelumnya tidak kita pahami.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritis di Tengah Krisis : APATIS

Mahasiswa, Akreditasi, dan Eksploitasi: Suara dari Kampus

Intelektual Organik dalam Menyuarakan Kaum Tertindas