Pengantar Filsafat: Dari Socrates Hingga Abad Pertengahan (vol.2)

🖋 Oleh: Masykur Arif Rahman, Diva Press, 2024

📅 Catatan Membaca: Kamis, 10 April 2025 | 18.40 WIB

 Pengantar Filsafat: Menyelami Pikiran Aristoteles

Hari ini saya kembali melanjutkan bacaan dari buku Pengantar Filsafat Periode Socrates Sampai Abad Pertengahan karya Masykur Arif Rahman. Berbeda dari sesi sebelumnya, kali ini saya mencoba langsung mencatat poin-poin penting dari setiap paragraf yang saya baca. Meski saya hanya membaca selama kurang lebih 47 menit, pembahasan tentang Aristoteles benar-benar padat dan menarik perhatian saya.

Aristoteles dan Empat Penyebab
Salah satu bagian yang cukup mengesankan adalah pemikiran Aristoteles tentang metafisika. Ia mengangkat pertanyaan mendalam tentang apa yang ada, dan membaginya ke dalam dua kategori besar: substansi dan aksidensi. Tak berhenti di sana, Aristoteles juga memperkenalkan konsep tentang empat penyebab:

  1. Penyebab material (bahan pembentuk sesuatu),

  2. Penyebab formal (bentuk atau rancangan),

  3. Penyebab efisien (penggerak atau pembuat), dan

  4. Penyebab final (tujuan dari keberadaan sesuatu).

Menurutnya, bila salah satu penyebab ini tidak hadir, maka keberadaan suatu benda pun tak mungkin sempurna. Misalnya, sebuah meja tidak akan ada jika tak ada kayu (bahan), bentuk desain meja, tukang pembuatnya, dan tujuan pembuatan meja itu sendiri.

Fisika dan Gerak
Aristoteles juga membahas fisika sebagai ilmu tentang perubahan atau gerak. Ia membaginya menjadi dua:

    a. Perubahan substansial, seperti kayu yang terbakar menjadi abu — ini adalah perubahan hakikat.

    b. Perubahan aksidental, seperti gerak lokal (perpindahan tempat), kuantitatif (perubahan ukuran), dan kualitatif (perubahan sifat), seperti nasi putih menjadi nasi kuning.

Dari pemikiran ini, Aristoteles menyimpulkan adanya “penggerak pertama” — sesuatu yang menyebabkan segala gerak, tetapi ia sendiri tidak digerakkan. Konsep ini kemudian disebutnya sebagai Tuhan, satu entitas yang kekal dan esa.

Etika dan Jalan Tengah
Dalam bidang etika, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Namun kebahagiaan tidak terletak pada hal-hal material, melainkan pada penggunaan akal budi dan tindakan nyata (theoria dan praxis). Manusia sebagai makhluk sosial, menurutnya, akan mencapai tindakan baik jika bermanfaat bagi sesama.

Yang menarik, Aristoteles juga mengajarkan tentang jalan tengah sebagai bentuk keutamaan. Misalnya, antara sikap pengecut dan sikap nekat, terdapat jalan tengah yang disebut keberanian. Untuk bisa menempuh jalan tengah ini, seseorang perlu memiliki kebijaksanaan dan kepintaran. Saya merasa bahwa pemikiran tentang moderasi ternyata sudah ada sejak masa itu.

Negara Ideal dan Sistem Politik
Aristoteles juga menyentuh gagasan tentang negara ideal. Ia mengkategorikan tiga bentuk pemerintahan:

a. Monarki (bisa berubah menjadi tirani),

b. Aristokrasi (bisa menyimpang menjadi oligarki), dan

c. Politea, yaitu sistem demokrasi moderat berbasis hukum.

Dari ketiganya, Aristoteles lebih menyukai bentuk politea, di mana tidak ada perbedaan tajam antara rakyat biasa dan elite. Semua orang berhak menjadi pemimpin melalui proses pemilihan yang adil. Saya merasa bagian ini cukup relevan dengan prinsip-prinsip demokrasi modern, meski saya masih ingin menggali lebih dalam tentang detail perbedaan antar sistem tersebut.

Refleksi Singkat
Dibanding hari sebelumnya, kali ini saya merasa lebih terlibat dalam proses membaca karena langsung mencatat. Meski lebih lambat, tapi pemahaman saya jadi lebih dalam. Pembahasan Aristoteles membuka kembali minat saya terhadap filsafat — terutama karena kini mulai menyentuh isu-isu penting seperti negara, etika, dan keberadaan Tuhan. Mungkin ini pertanda bahwa filsafat memang harus terus didiskusikan, karena relevansinya tak pernah pudar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritis di Tengah Krisis : APATIS

Mahasiswa, Akreditasi, dan Eksploitasi: Suara dari Kampus

Intelektual Organik dalam Menyuarakan Kaum Tertindas